Home / MI SA / MI SA 1 Kalipoh / Tiga Pilar Kekuatan Semangat dalam Bekerja Menuju Kesuksesan

Tiga Pilar Kekuatan Semangat dalam Bekerja Menuju Kesuksesan

Tiga Pilar Kekuatan Semangat dalam Bekerja Menuju Kesuksesan

Oleh Yasir M.Pd.*

Bekerja merupakan salah satu cara manusia untuk bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Dalam bekerja kita dituntut untuk mampu mengeluarkan kemampuan terbaik yang kita miliki.

Menurut Eko Jalu Santoso dalam bukunya yang berjudul Good Ethos: Tujuh Ethos Kerja Terbaik dan Mulia (diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo tahun 2012) beliau mengatakan bahwa dalam dunia kerja dan bisnis setidaknya ada 3 faktor kunci kemampuan utama yang perlu dimiliki oleh pekerja yaitu pertama, kemampuan teknis dalam bidangnya. Kedua, kemampuan analisis dan membuat keputusan. Ketiga, kemampuan kecerdasan emosional dan spiritual.

Ketiga kemampuan tersebut berlaku untuk semua dunia kerja baik di bisnis, jasa, dan pendidikan maupun yang lainnya terutama kemampuan kecerdasan emosional dan spiritual.

Mengapa demikian?

Karena jika seseorang memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang baik maka dia memungkinkan bisa mengontrol, memotivasi dirinya dan orang lain sehinga hubungan akan terjalin dengan erat.

Aktivitas bekerja memang sangat menguras fisik dan psikis. Tidak ada satupun pekerjaan yang tidak melelahkan. Hampir semua pekerjaan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti melelahkan.

Maka dari itu, kita harus berusaha menjadikan lelah kita menjadi lillah. Apapun yang kita kerjakan di dalam pekerjaan diniatkan semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah. Dengan demikian, segala aktifitas kita dalam bekerja menjadi ladang ibadah. Setiap detik waktu yang kita lalui tidak akan sia-sia. Untuk memompa semangat lillah kita perlu didukung dengan mahabbah, yang bisa kita masukkan dalam pilar kecerdasan emosional dan spiritual.

Apa itu mahabbah?

Menurut Lalu Heri Afrizal dkk dalam bukunya yang berjudul Ibadah Hati (diterbitkan oleh PT Grafindo Media Pratama tahun 2008) beliau mengatakan bahwa mahabbah adalah kejernihan cinta, getaran, dan gelora hati terhadap yang dicintai, pengejawantahannya sebagai bukti nyata bagi yang dicintai, keteguhan hati sehingga tidak mau lepas atau pindah dari yang dicintai, memberikan ketulusan yang terdalam dari inti hatinya kepada yang dicintai.

Kita bisa lihat seseorang yang mencintai kekasihnya dia akan mengorbankan segalanya demi kekasihnya, dia rela menderita asal kekasihnya bahagia. Begitu pula kita bisa lihat cinta tulus dari orang tua. Mereka mengorbankan seluruh hidupnya untuk kebahagiaan anaknya. Apapun kebutuhan anaknya dengan sekuat tenaga akan dipenuhinya.

Jika mahabbah sudah muncul dalam diri kita di dunia kerja, maka kita akan mencurahkan semua kemampuan terbaik kita untu lembaga yang kita huni. Waktu, tenaga, dan pikiran kita, akan kita curahkan untuk kemajuan lembaga yang menaungi kita bekerja.

Untuk maju dan berkembang perlu dilakukan dengan berjama’ah. Jika kita ingin melakukan hal besar kita perlu bergandeng tangan. Seperti pepatah populer yang dinisbahkan dari Afrika  dikatakan “jika ingin cepat pergilah sendiri. Jika ingin pergi jauh maka pergilah bersama-sama”.

Lembaga dimana kita bekerja juga ingin maju dan berkembang. Untuk itu, maju bersama, berkembang bersama lebih utama dari pada maju dan berkembang sendirian. Ibarat shalat, shalat berjamaah lebih baik dari pada shalat sendirian, seperti dalam kutipan hadits diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (817-888 M) No 467 dalam kitab hadits online, berikut:

   وَإِنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ وَصَلَاتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

“Shalatnya seseorang bersama satu orang itu lebih baik dari shalat sendirian, shalat bersama dua orang lebih baik dari pada bersama seseorang dan yang lebih banyak itulah yang lebih disenangi Allah”.

Hadits yang sama juga di riwayatkan oleh Imam Ahmad (780-855 M), dan Imam an-Nasai (829-915 M).

Dengan demikian, hendaklah dalam bekerja kita tidak boleh egois, karena semua teman kita juga ingin maju dan berkembang. Maka bergandeng tangan untuk maju bersama dan berkembang bersama lebih utama dan maslahat dari pada maju sendirian tanpa pernah melihat di sekelilingnya. Uraian berjamaah ini juga menjadi salah satu pendukung pilar kecerdasan emosional dan spiritual.

Kalipoh, Senin Pahing, 14 Juli 2025 – 18 Suro 1447

*Guru dan Kepala MI Sultan Agung I Kalipoh

**Naskah direview oleh Moh Wakhid Hidayat

One Comment

Leave a Reply to Dandung N Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *